Bahagia karena Memberi
author : Agus Surono
written on the web intisari online, on Wednesday, 15 December 2010 - 05:48 pm
Bahagia tidak selalu karena memperoleh
sesuatu. Entah barang yang sudah lama kita idam-idamkan atau keinginan yang
terpendam terpenuhi. Bahagia bisa juga karena dari memberi. Seperti cerita
seorang teman yang bahagia meski ia kehilangan sesuatu. Saat meng-gowes
ia berpapasan dengan seorang pemuda biasa yang bersepeda juga. Sepeda pemuda
itu begitu biasa, teramat biasa dibandingkan sepeda teman saya tadi. Awalnya
hanya berbasa-basi sampai akhirnya pemuda tadi bertanya di mana bisa membeli
lampu kelap-kelip yang teramat bagus di matanya itu.
Teman saya sungkan menjawab sebab pasti pemuda
tadi akan terkejut. Dengan sedikit berbohong bahwa ia masih memiliki satu lampu
seperti itu, ia pun memberikan lampu tadi ke pemuda tadi. Ia merasa senang
melihat pemuda tadi mukanya cerah. Teman saya tadi bilang bahwa bisa jadi dulu
mukanya begitu sewaktu ibunya membelikan mainan yang ia idam-idamkan. Dengan memberi,
teman saya tadi merasa bahagia.
Saya pun merasakan hal yang sama. Hanya saja kali
ini saya memberi sesuatu barang yang tidak saya beli. Saya dikasih dan barang
itu saya kasih ke teman. Saya sebenarnya berharap sekali memperoleh barang itu,
tapi melihat teman saya berkeinginan untuk menjajal bersepeda, ya apa salahnya
saya ikut mendukungnya.
Dalam sebuah seminar motivasi, seorang pembicara
mengungkapkan kekuatan memberi. Orang yang memberi akan memperoleh imbalan yang
berlipat. Entahlah, apakah teman saya tadi berharap imbalan. Saya sendiri yakin
ia tidak pernah berharap imbalan. Ia pernah berujar bahwa hidup di dunia ini
hanya sementara. Dan kita bukanlah gudang yang mampu menampung semua barang
"keinginan". Ia mengibaratkan dirinya sebagai saluran. Dan
kebahagiaan saluran adalah jika apa yang lewat dari dirinya mengalir dengan
lancar dan sampai di tujuan.
Banyak cerita soal memberi ini yang pada akhirnya
membuktikan adanya kekuatan memberi, The Power of Giving. Kalau
dikaitkan dengan hukum alam, ya "Giving and Receiving". Karena
memberi di satu pihak berarti menerima di pihak lain. Dua hal itu adalah satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
Teman saya tadi bahagia karena telah memberi
kebahagiaan seorang pemuda (yang menerima pemberian lampu). Bisa saja pemuda
tadi sudah lama menginginkan lampu kelap-kelip di belakang demi keselamatannya.
Kekuatan memberi (dan menerima) ini demikian dahsyat karena merupakan esensi
dari alam semesta itu sendiri. Tidak berlebihan jika Deepak Chopra dalam
"7 Spiritual Law of Success" mencantumkan "Law of Giving"
sebagai hukum kedua untuk sukses. Alam semesta berjalan menurut sirkulasi
memberi dan menerima.
Dalam seluruh fenomena alam, berjalan hukum
memberi dan menerima. Manusia menghirup oksigen, dan menghembuskan karbon-dioksida,
sementara tanaman menggunakan karbon-dioksida dalam proses fotosintesa dan
membebaskan oksigen. Proses memberi dan menerima, membuat segala sesuatu di
alam semesta ini berjalan, mengalir. Orang-orang zaman dahulu rupanya sangat
memahami hal ini. Misalnya uang, alat tukar, dalam bahasa Inggris disebut currency,
yang akar katanya adalah bahasa Latin currere yang artinya mengalir.
Source :
1. http://intisari-online.com/read/bahagia-karena-memberi